Humanistics Studies? Kedua
kata itu tidaklah asing didengar ditelinga saya sejak saya semester pertama
(mahasiswa baru ceritanya). Saya tahu bahwa humanistics studies merupakan salah
satu mata kuliah yang akan saya pelajari pada saat saya duduk di semester tiga.
Mungkin karena saya sudah terlalu sering
mendengar kedua kata itu dari kakak-kakak tingkat saya, pada saat itu saya
sangat tertarik untuk segera mempelajarinya. Keinginan untuk mempelajari mata
kuliah ini semakin tak terkendali ketika
melihat dan mendengar antusias mereka saat diskusi bersama. Apalagi ketika
masuk perpustakan dan duduk di sofa, disanalah markas yang biasa mereka gunakan
untuk berdiskusi. Seperti sebuah kesempatan saya untuk tahu apa itu
humanistics? Karena biasanya mereka berkumpul dan berdiskusi disana bersama
seorang dosen yang menurut saya memberikan kesan “menakutkan” ketika pertama
kali bertemu. Tatapan mata yang tajam dan tanpa ekspresi itu membuat saya
sedikit goya untuk bertemu dengan sang dosen. (Peace, Sorry Pak damai itu indah
loh, hehhe :D )
Ketika berada di perpus
dan sedang ada diskusi itu, saya sempat mendengar sedikit diskusi dan
perdebatan mereka dengan sang dosen (seru sih, tapi pada saat itu saya
pura-pura gak dengerin) sehingga sedikit tahu mengenai mata kuliah itu. Menurut
sependengaran dan pengamatan saya sih, humanistics studies yang mempelajari
mengenai suatu kenyakinan (agama) seseorang, cara bertoleransi, mungkin bisa
dibilang kalo di SMA, mata kuliah ini adalah pelajaran agama. Tidak hanya
membahas agama islam tetapi juga membahas mengenai agama lainnya, seperti
katolik, protestan, hindu,juga budha.
Sebagai penganut agama
islam, saya pernah mendalami tentang agama yang saya anut( saat SMA), saya
memiliki dua murrobi (guru agama)sehingga sedikit banyak saya paham dan
mengenal agama saya. Saya pernah dan sering mengikuti liqo’ (seperti lingkaran
pengajian) pada saat itu, saya juga pernah mengalami bagaimana menjadi seorang
murrobi (guru agama) untuk adik-adik kelas saya. Bisa dibilang saya adalah orang
yang sedikit fanatik tentang agama pada saat itu. Dari sanalah saya belajar
bagaimana islam sesungguhnya, karena islam tidak mengajarkan umatnya untuk
menutup diri dan menjauh dari yang “berbeda”. Saya merasakan sikap fanatik yang
ada pada saya malah membuat sedikit orang merasa enggan bergaul dengan saya. Pada
tahun terakhir di SMA, saya merasakan sebuah penolakan, sebuah keinginan untuk
berubah, dan memandang segala sesuatu dengan kritis. Saya boleh fanatik, tapi
saya juga harus menghargai, bergaul serta berbagi kepada yang “berbeda”.
Sebenarnya, sejak SD
saya telah diajarkan untuk selalu menghargai dan menghormati orang lain
walaupun berbeda kepercayaan, budaya, ethnik, ras, dll. Sehingga tidaklah heran
jika saya menjalin selalu hubungan persahabatan kepada yang menganut agama yang
berbeda dengan saya. Bahkan sampai saat ini (masa kuliah) saya juga berteman
dengan mereka yang memiliki kepercayaan, ras, suku, dan asal yang berbeda.
Pada semester dua lalu,
saya pernah membaca al-kitab (kristiani) milik teman satu kosan saya, saya berdiskusi
mengenai isinya bahkan saya juga membandingkannya dengan kitab yang saya punya
(Al-Qur’an Nul Kharim). Dari pengalaman itu, menurut saya semua agama memilik
tujuan yang sama yaitu menyebarkan kebaikan dalam berbagai hal, menyembah yang
diyakini , saling menghargai dan menciptakan rasa damai dibelahan dunia. Statement
yang menyatakan bahwa perbedaan itu
indah, menurut sya tidaklah selalu benar karena sering kali kericuhan dan
permasalahan mengatasnamakan “perbedaan” (agama, ras, etnik, pendapat dll).
Semoga suatu saat nanti
saya bisa menganalisa alasan-alasannya. Karena itulah saya mempunyai beberapa
tujuan yang ingin sekali saya dapatkan pada mata kuliah yang satu ini.Baiklah,
akan sedikit saya paparkan mengenai beberapa ekspektasi saya Melalui mata kuliah ini, saya berharap:
1.
Dapat mengenal lebih dalam mengenai
identitas saya, bukan hanya sekedar nama ataupun identitas sebagai mahasiswa.
2.
Sebagai mahasiswa, saya ingin lebih
kritis dalam berpikir, dalam bertindak, dan dalam berbagai hal sehingga saya
dapat memperluas dan mengasah cara memandang sebuah masalah.
3.
Meningkatkan rasa solidaritas pada
keberagaman (perbedaan ras, budaya, agama, pendapat dll) serta cara bergaul yang
baik terhadap sesama makhluk hidup sehingga implementasi dari mata kuliah ini
tidaklah sia-sia.
4.
Bisa berdiskusi lebih lanjut dan
mendalam mengenai agama (Islam, kristen, budha, protestan bahkan hindu) dan
pandangan-pandangan orang lain terhadap perbedaan itu.
No comments:
Post a Comment