Saturday, 7 January 2012

Sandals dan Miliar

Sandals dan Miliar
(Dwi Oktariani)
Pemandangan keadilan, sungguh memprihatinkan
Antara sandals dan miliar
Antara pendekar dan pecundang
Antara miskin dan konglomerat
Antara rakyat dan pejabat
Begitu rendahkan hukum kita?
                        Kadang kala apa yang kita saksikan
                        Tidaklah sehina itu
                        Tapi, yang tidak bisa kita saksikanlah
                        Begitu hina
                        Hukum kini bisa melihat
                        Hukum kini bisa pilih kasih
                        Hukum kini rupiah
                        Seorang pejabat berhatikan singa
                        Memanfaatkan kepercayaan untuk miliar
                        Tanpa ada yang tahu
                        Tanpa ada yang curiga
                        Hingga hukum pun tidak mengetahuinya
Tapi, hukum mengetahui
Mengetahui bahwa ada sandals bukan miliar
Seorang anak kecil yang tidak berdaya
Kini terjerat hukum,
Jeratan hukum yang tak semestinya
Jeratan hukum yang hanya sebatas sandals
Seberapa mahalkah sandals itu?
Hingga bisa dengan teganya
Seorang aparatur negara yang punya nama,
Yang punya mobil mewah
Yang punya segalahnya
Menuntut keadilan
Menuntut keadilan hanya karena sebatas sandals
Yang tak sebanding dengan kekayaannya
Yang tak sebanding dengan namanya

Dalam Kesendirian

Dalam Kesendirian
(Dwi Oktariani)
Ditengah heningnya malam
Ditengah lelapnya tidur
Ditengah malamnya hari,
Terasa kesendirian itu
Tanpa keluarga, tanpa bintang,
Tanpa teman, ku sendiri
Dalam kesendirian ku menangis
Dalam kesendirian ku merindu
Dalam kesendirian ku terdiam

Kejamnya Ibu Kota

Kejamnya Ibu Kota
(Dwi Oktariani)
Di pinggir jalan
Anak kecil dengan mata sayunya
Berbekal keberanian dan tanpa rasa malu
Mendatangi setiap tempat
Berharap seseorang berbagi rezeki
Berharap belas kasih orang
                                Diseberang jalan lelaki tua, keriput wajah
                                Dengan pakaian rombeng dan semangatnya
                                Membawa gerobak tua
                                Berharap banyak barang bekas
Dilorong gang
Seorang ibu sambil mengendong anak bayi
Tanpa peduli anaknya
Tanpa peduli cuaca
Memungut sampah di pinggiran jalan
Ditengah ramainya jalan
Banyak anak kecil berkeliaran
Mempertarukan nyawa ditengah ramainya kendaraan
Berharap beberapa receh dari orang
Digedung sana, orang sibuk mempermainkan rakyat
Digedung sana, orang sibuk membahas kepentingannya
Digedung sana jua lah, orang berlomba
Memperkaya harta,
Berlomba merampas hak rakyatnya
Berlomba yang tak semestinya
Wahai, para penghuni gedung sana
Dimana mata kalian?
Dimana hati kalian?
Dimana toleransi kalian?
Dimana dermawan kalian?
Tidakkah kalian saksikan perjuangan mereka
Perjuangan tuk bertahan hidup
Perjuangan mendapat uang
Mirih hati ini menyaksikan begitu banyak kesenjangan ini
Sungguh jelas terlihat
Ohh...Begitu kejamnya ibu kota
Begitu keras kehidupannya
Masih adakah secerik cahaya tuk menerangi hati mereka?
Masih adakah secerik harapan tuk mereka?
Hanya kamu yang bisa menjawabnya

                                

Sebingkis Kasih Tuk Sang Ayah

Sebingkis Kasih Tuk Sang Ayah
(Dwi Oktariani)
Tanpa aku sadar, hanya kaulah lelaki yang
Sangat ku sayang, lebih dari apapun,
Tanpaku sadar, kaulah lelaki yang
Sangat perhatian, bahkan lebih dari ibu
Engkau yang terlihat gagah,
Namun hatimu selembut sutra.
Ayah selalu ingin yang terbaik,
Selalu ingin menjaga,
Selalu ingin mencinta
Hanya Untuk sang buah hati.
Tanpa sadar, aku telah banyak mengecewakannya,
Tanpa sadar, aku melukainya,
Tanpa sadar aku sebenarnya sangat mencinta,
Kini, ku telah tumbuh dewasa,
Ku telah mengerti ayah,
Ku telah sadar akan semua,
Besar keinginan untuk memeluk ayah,
Besar keinginan untuk bersama ayah,
Besar keinginan untuk bertemu ayah,
Tapi lagi-lagi jarak...
Ya, jarak telah menghalangi kita,
Jarak telah memisahkan kita tuk sementara,
Tapi Jarak jualah yang telah menyadarkan,
Jarak yang membuatku mengerti ayah,
Kini, setiap langkahku,
Ku selalu teringat akan senyumnya,
teringat akan semangatnya,
teringat akan perjuangan,
Dan ku teringat akan kasihnya,
                                Oh Tuhan,
                                Terima kasih, Engkau telah memberikan,
                                Anugrah,
                                Anugrah terindah yang ku miliki,
                                anugrah yang tak ternilai,
                                Tuhan, biarkan aku menjaga
                                Anugrah-Mu lebih lama,
                                Mencinta Anugrah-Mu sepenuhnya,
                                Bahagiakan Anugrah-Mu sepanjang masa