Wednesday 13 January 2016

Ku temukan Cahayamu, Ayah





Dalam termenung aku bermimpi
Dalam kesendirian ku mengerti
Dalam kegelapan ku temui
Cahaya kehidupan
Cahaya yang selama ini engkau beri
Engkau membuatku mengerti dunia
Engkau membuatku mengerti kehidupan
Engkau mengajari aku segalahnya
Walau terkadang, aku salah mengarti
Walau terkadang belum mengerti
Tapi engkau tetap memberi
Memberi sejuta kepercayaan bahwa
Aku bisa
Aku mampu
Mampu menjaga percaya ayah
Bisa melewati tantangan



Salahkah aku???



Cinta, memang menyimpan sejuta misteri didalamnya. Kedatangannya tak kenal waktu dan tempat. Aku sendiri bahkan tak menyadari itu, hingga ku tersadar rasa cinta untuknya telah tumbuh. Pertemuanku dengannya bermula dari ajang seleksi di sebuah perusahan ternama di Jakarta. Awalnya semua berjalan seperti adanya. Seleksi demi seleksi diikuti. Berkenalan dengan peserta lainnya juga mewarnai perjuangan kala itu. Hingga tersisa 3 orang yang terpilih. Saya, dia dan mba Nah. Dia adalah satu-satunya peserta lelaki yang lolos saat itu, panggil saja dia Bang Rama.
Proses seleksi telah kami jalani bersama-sama. Canda tawa pun terselip diantara kebersamaan kami. Masih wajar-wajar saja. Ketika pulang, ternyata Bang Rama ikut di belakang saya. Kita sama-sama menaiki lift saat itu. Sambil bergurau dan bercanda ria, bang Rama akhirnya meminta kontak saya saat itu. Dengan hati yang senang sayapun memberikannya.
Saya pulang sendiri saat itu dengan angkutan umum transjakarta. Sesampai di rumah, hp saya pun berdering tanda ada sms yang masuk. Tak salah perkiraanku, aku sudah menduga dan memang berharap saat itu dialah yang sms. Ternyata tebakanku tak meleset. Sms itu benar dari bang Rama. Akupun membalasnya  dengan cepat. Namun sayang, saat itu ternyata pulsa saya tidak mencukupi untuk berkirim sms dengannya. Ternyata dia juga menghubungi saya via line.
“Aktif gak disin”  begitulah tulisnya dalam chat line. Ku balas line nya kira-kira begini “ iya aktif kok, tapi jarang dibuka maaf ya tadi smsnya gak dibls, pulsanya wes entek nih hahhaa..”
“mulai skrg rajin dibuka ya” begitulah tulisnya. Tapi saat itu ku bls linenya kira-kira begini “ pake bbm aja sih, malesin line itu. hahaa,
“Sabaraha pin nya. 
Mulai saat itu, kami sering berkomunikasi melalui bbm. Ntah apa saja yang telah kami bahas saat itu. tak juga lupa kami juga membahas penantian pengumuman dari perusahan yang sama-sama kami nantikan…
Akupun menangkap sinyal yang menurut saya mungkin dia suka sama saya. Tapi ntahlah mungkin saya yang terlalu perasa.
Tapi kurasa bukan salah perasaan ini. Keadaanlah yang membuatku merasa demikian. Setelah sebulan kemudian komunikasi kami merambah melalui telpon seluler. Berawal dari telpon melalui line. Karena sering terputus-putus akhirnya dirinya menelpon dengan telpon seluler. Satu jam hingga dua jam tak terasa kita membahas yang mungkin juga tak terlalu penting untuk diceritakan. Bercandaan bergurau bersama. Senang memang. Dan justru itu yang memancing rasa cinta tumbuh untuk bang Rama. Saya sangat menyukai suaranya ketika menjawab salam saya. Terasa bergetar didada ketika dia mengucapkan salam atau membalas salam. Hingga bodohnya aku selalu update foto atau kata-kata hanya untuk memancing dirinya 
Ingat dulu pertama kali berjumpa dengannya. Aku merasa bahwa dia lain melihatku. Bahkan ketika saya balas bbm kakak saat itu, dia dengan sengaja melirik ke hp ku. Bahkan ketika proses seleksi, dia selalu kepo dengan jumlah setoran hapalanku saat itu. Perhatiannya dan tingkahnya membuatku salah tingkah. Salahkah aku bila rasa ini telah tumbuh untuknya?
Yah, mungkin memang salah karena dia mendekatiku hanya untuk mendapatkan informasi wanita lain, yang tak lain sepupuku sendiri. Dia menelponku bukan untuk menanyakan keadaanku atau menganggap aku penting baginya tapi karena aku adalah sepupu dari wanita yang dia sukai. Terluka tapi tak berdaya untuk mengungkapkan. Tersisih melihat takdirku yang seperti ini. Tapi aku cukup tahu diri untuk segera membuang semua rasa yang ada. Aku tak akan dan tidak boleh mencintainya. Bukan karena aku tak mencintainya tapi justru aku ingin dia bahagia dengan wanita cantik pilihannya. 

Ku coba berdamai dengan hatiku, ku coba untuk melupakan tapi apa daya 

#tobecontinue

Arti Hidup Sebenarnya

Hidup dalam gemerlapnya dunia yang fana ini, sungguh sangat menyiksa. Menyiksa batin, perasaan, dan semua pikiran kita. Selalu saja merasa kurang walau sebenarnya jika ingin berefleksi banyak yang seharusnya di syukuri. Yah, sepertinya setan telah berhasil menghasut manusia. Susah merasa puas dan cenderung serakah. Pengen kayalah, pengen beli ini itu, pengen kesana kemari, sampai apapun jadi kepengen.
Hidup tak selamanya mulus tanpa hambatan. Jika keinginanmu harus tertunda, mungkin Allah punya rencana dibalik itu semua. Keep positive thinking to Allah.

Takdirku

Menjadi seorang guru? Ya, menjadi seorang guru tidak pernah terpikirkan olehku. Pun itu berlangsung ketika aku telah kuliah fakultas pendidikan. Sering kali aku berharap aku sedang dalam mimpi. Aku ingin terbangun dan menjalani apa yang ku inginkan dan itu bukan sebagai seorang guru seperti profesiku nantinya. Tapi aku telah tercebur, basah dan sekarang sedang mencoba untuk menyelami dan harus menikmati apa yang telah dimulai. Ya, aku rasa tidak ada salahnya untuk terjun dalam dunia pendidikan.

Banyak orang yang beranggapan bahwa menjadi guru merupakan sesuatu yang tidak "KECE". yah, dari segi gaji yang didapat dan tempat bekerjanya yang serba mengandalkan yayasan atau pemerintah. Dulu pun aku juga berpikiran begitu, sampai akhirnya aku menemukan betapa indahnya perjalanan menjadi seorang guru. Yah, bukan sembarang guru tapi menjadi guru yang berkualitas. Dari berbagai pengalamanku dalam mengajar terdapat beberapa kesenangan tersendiri apalagi ketika kita berhasil mengajarkan itu kepada anak didik kita. senyum mereka, canda mereka jualah yang mampu meluluhkan hati ini untuk terus ingin bersama mereka.