Cinta, memang menyimpan
sejuta misteri didalamnya. Kedatangannya tak kenal waktu dan tempat. Aku
sendiri bahkan tak menyadari itu, hingga ku tersadar rasa cinta untuknya telah
tumbuh. Pertemuanku dengannya bermula dari ajang seleksi di sebuah perusahan
ternama di Jakarta. Awalnya semua berjalan seperti adanya. Seleksi demi seleksi
diikuti. Berkenalan dengan peserta lainnya juga mewarnai perjuangan kala itu.
Hingga tersisa 3 orang yang terpilih. Saya, dia dan mba Nah. Dia adalah
satu-satunya peserta lelaki yang lolos saat itu, panggil saja dia Bang Rama.
Proses seleksi telah
kami jalani bersama-sama. Canda tawa pun terselip diantara kebersamaan kami.
Masih wajar-wajar saja. Ketika pulang, ternyata Bang Rama ikut di belakang
saya. Kita sama-sama menaiki lift saat itu. Sambil bergurau dan bercanda ria,
bang Rama akhirnya meminta kontak saya saat itu. Dengan hati yang senang
sayapun memberikannya.
Saya pulang sendiri
saat itu dengan angkutan umum transjakarta. Sesampai di rumah, hp saya pun berdering
tanda ada sms yang masuk. Tak salah perkiraanku, aku sudah menduga dan memang
berharap saat itu dialah yang sms. Ternyata tebakanku tak meleset. Sms itu
benar dari bang Rama. Akupun membalasnya dengan cepat. Namun sayang, saat itu ternyata
pulsa saya tidak mencukupi untuk berkirim sms dengannya. Ternyata dia juga
menghubungi saya via line.
“Aktif gak disin” begitulah tulisnya dalam chat line. Ku balas
line nya kira-kira begini “ iya aktif kok, tapi jarang dibuka maaf ya tadi
smsnya gak dibls, pulsanya wes entek nih hahhaa..”
“mulai skrg rajin
dibuka ya” begitulah tulisnya. Tapi saat itu ku bls linenya kira-kira begini “
pake bbm aja sih, malesin line itu. hahaa,
“Sabaraha pin nya.
Mulai saat itu, kami
sering berkomunikasi melalui bbm. Ntah apa saja yang telah kami bahas saat itu.
tak juga lupa kami juga membahas penantian pengumuman dari perusahan yang
sama-sama kami nantikan…
Akupun menangkap sinyal
yang menurut saya mungkin dia suka sama saya. Tapi ntahlah mungkin saya yang
terlalu perasa.
Tapi kurasa bukan salah
perasaan ini. Keadaanlah yang membuatku merasa demikian. Setelah sebulan
kemudian komunikasi kami merambah melalui telpon seluler. Berawal dari telpon
melalui line. Karena sering terputus-putus akhirnya dirinya menelpon dengan
telpon seluler. Satu jam hingga dua jam tak terasa kita membahas yang mungkin
juga tak terlalu penting untuk diceritakan. Bercandaan bergurau bersama. Senang
memang. Dan justru itu yang memancing rasa cinta tumbuh untuk bang Rama. Saya
sangat menyukai suaranya ketika menjawab salam saya. Terasa bergetar didada
ketika dia mengucapkan salam atau membalas salam. Hingga bodohnya aku selalu
update foto atau kata-kata hanya untuk memancing dirinya
Ingat dulu pertama kali
berjumpa dengannya. Aku merasa bahwa dia lain melihatku. Bahkan ketika saya
balas bbm kakak saat itu, dia dengan sengaja melirik ke hp ku. Bahkan ketika
proses seleksi, dia selalu kepo dengan jumlah setoran hapalanku saat itu.
Perhatiannya dan tingkahnya membuatku salah tingkah. Salahkah aku bila rasa ini
telah tumbuh untuknya?
Yah, mungkin memang
salah karena dia mendekatiku hanya untuk mendapatkan informasi wanita lain,
yang tak lain sepupuku sendiri. Dia menelponku bukan untuk menanyakan keadaanku
atau menganggap aku penting baginya tapi karena aku adalah sepupu dari wanita
yang dia sukai. Terluka tapi tak berdaya untuk mengungkapkan. Tersisih melihat
takdirku yang seperti ini. Tapi aku cukup tahu diri untuk segera membuang semua
rasa yang ada. Aku tak akan dan tidak boleh mencintainya. Bukan karena aku tak
mencintainya tapi justru aku ingin dia bahagia dengan wanita cantik
pilihannya.
Ku coba berdamai dengan
hatiku, ku coba untuk melupakan tapi apa daya
#tobecontinue
No comments:
Post a Comment