Sunday 2 December 2012

Persembahku untuk-Mu Sang Pemberi Kedamaian Jiwa


Resources : http://dadiheryana.blogspot.com/2012/05/wajibnya-takut-kepada-allah.html

Kuliah umum humanistics bersama dosen tamu lagi nih. Kalo dulu kuliahnya sama Pak amin mudzakkir dari PSDR-LIPI sekarang naik tingkat yang lebih gahool lagi. Mau tahu siapa? Kluenya nih dia merupakan salah satu guru besar/ dosen Falsafat dari Universitas Indonesia, (mahasiswa-mahasiswa UI pada tahu nih pastinya). Baiklah, dia adalah Ibu Saras Dewi.
Apakah itu filsafat dan apa itu agama serta bagaimana dua hal tersebut saling berhubungan, itulah kalimat pertanyaan yang diajukannya kepada kami (mahasiswa USBI jurusan pendidikan tingkat dua). Pertanyaannya itu secara tidak langsung membuat dagdig dug derr.. hhehe.  Berdasarkan penuturannya, jika filsafat dan agama dilihat dari sisi etimologisnya, mereka sangatlah betentangan. Filsafat dalam bahasa Latinnya filia yang berarti kecintaan dan sofia yang berarti kebijaksanaan, sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai suatu kecintaan manusia pada kebijaksanaan dan untuk terus berpikir kritis. Sedangkan agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta agam artinya doktrin atau dogma, sedangakan dalam bahasa Inggris religion berasal dari bahasa Latin religionem yang berarti kepatuhan atau ketundukkan pada sesuatu yang sakral. Sungguh bertentangan bukan? Agama menekankan pada faktor kepatuhan manusia sedangkan filsafat menekankan pada kebebasan untuk berpikir dan mempertanyakan sesuatu. (yang nulis jadi bingung sendiri, hehhe). Udah dulu ya capek nih yang nulis, bahasanya terlalu belibet, but tenang bro, walaupun filsafat dan agama itu sangatlah bertentangan tapi mereka tidak pernah musuhan loh, mereka selalu seiring sejalan dan sehidup semati, #Loh.. maksudnya... #ettzz... Sabar, nanti akan saya jelasin maksudnya.. ( jangan beranjak dulu ya Gan, lanjutkan bacanya)
           Nih, ada teman-teman kita loh yang mendukung kita bahwa filsafat dan agama bertentangan tetapi seiring sejalan artinya dapat disatukan. Pemikiran-pemikran teman kita ini sudah muncul sejak abad pertengahan ketika filsafat mulai tenggelam karena adanya kekuasaan absolut gereja dan sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mahat Magandi. Oke.. yang pertama nih pandangan teman kita yang beraliran rasionalis. Mereka  berpendapat bahwa untuk mempercayai agama dan adanya Tuhan kita harus berpikir dan membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tokoh yang menganut paham ini diantaranya adalah Rene Descrates dan Ibnu Rushd. Pandangan yang kedua adalah pandangan teman kita yang beraliran eksistensialis. Mereka menggangap bahwa untuk memahami tentang suatu kebenaran maka  manusia harus merasakan pengalaman dan rasa kagum atas sesuatu yang lebih besar/ transendental (tremendum). Dan terakhir nih adalah pandangan teman kita yang beraliran mistik. Mereka menyatakan bahwa filsafat dan agama harus disatukan karena mereka berkeyakinan bahwa kebenaran akan sesuatu bersifat universal dan dapat dilihat atau dicapai melalui banyak cara. Teman kita yang menganut paham ini antara lain adalah Ibnu Arabi dan Adi Shankara.
            Dari ketiga pandangan-pandangan mereka itu, saya setujuh dengan ketiga pendapat tersebut. Bak tiga bersaudara apapun yang terjadi mereka tetap saling membutuhkan dan saling melengkapi. Akan tetapi teman-teman dari aliran rasionalis dan eksistensialis lebih mencuri hati ini, #lebay. Menurut saya pribadi, keberadaan Tuhan dan agama dapat kita pikirkan dan dapat kita rasakan. Kedua aliran itu sungguh saling melengkapi. Agama memang harus dipikirkan dan dicari kebenarannya dengan berpikir logis tentang keberadaannya. Dalam Alquran Surah Al-Gafar (60) dijelaskan bahwa yang membedakan manusia dengan binatang lain adalah karena manusia diciptakan punya otak yang sempurna dan luar biasa untuk berpikir dan memahami sesuatu. Akan tetapi terkadang apa yang kita pikirkan tentang Tuhan terlalu transendental, sehingga dengan begitu kita cukup bisa merasakan kehadirannya, karena otak kita dan nalar kita ada batasnya.
            Saya juga sependapat dengan teman kita yang beraliran mistik dan mungkin saya juga salah satu penganutnya. Saya dan para penganut aliran mistik percaya bahwa kebenaran itu universal. Karena pada hakikat dari tiap agama adalah sama yakni bahwa setiap agama mempercayai adanya keberadaan Tuhan. Tujuannya juga sama, untuk menebarkan kebaikan dan mencapai kejayaan/surga. Yang membedakan setiap agama hanyalah bentuk, ritual dan cara mengekpresikan keberadaan Tuhan.          
            Dalam kehidupan keseharian saya, saya merasakan kehadiran Tuhan dalam diri setiap hari, setiap detik dan setiap saatnya dimanapun saya berada selalu memberikan ketenangan jiwa.  Sebagai teman curhat dan tempat mengaduh yang ampuh meluluhlantakkan segalah resah dan gelisah yang aku rasakan dihari-hariku yang maya ini. Satu hal yang sering terjadi dan menguatkan aku mengerti dan memahami serta merasakan adanya Allah dalam diriku, yaitu terkabulnya doa-doa serta adanya kedamaian jiwa yang saya rasakan ketika mencurahkan semua keluh dan kesah kepada-Nya. Ini merupakan benar janji dari-Nya. Dalam Surah Al-Mu’min ayat 60 yang artinya berbunyi : Dan Tuhanmu berfirman, ”berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”, sangat jelas janji Allah itu. Walaupun tak secara langsung tetap saya merasakan dahsyatnya kekuatan doa itu.

Resourse :  http://koswara.wordpress.com/2007/03/14/berpegang-teguhlah-pada-islam/

Alquran, sebuah kitab yang berisikan firman-firman dari Allah yang selama ini saya yakini akan kebenarannya, juga merupakan teman penyejuk hati dikala gundah. Tidak hanya itu saja, Alquran juga merupakan sebuah bukti otentik bagi saya untuk meyakini adanya Allah sebagai Tuhan dalam hidup saya. Bagaimana tidak. Sampai saat ini semua yang ada dalam kitab yang saya banggakan itu, sangatlah sejalan dengan perkembangan sains. Apa yang membuat saya bisa meragukannya lagi, kalau semua yang ada di dalam Alquran dapat dibuktikan secara sains dan tak bisa terbantahkan! Karena itu, saya percaya keberadaan Tuhan, saya merasakan adanya Tuhan dan saya dapat buktikan dengan semua ciptaannya adanya Tuhan. Mungkin memang gaib dan tak dapat dilihat, tapi dengan bukti yang kentara dan otentik bisa menjelaskan keberadaan-Nya dan sungguh Maha Kuasa diri-Nya.