Tuesday 31 May 2022

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar dewantara lebih dikenal dengan tiga asas pendidikanyaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Adapun analisis keterkaitan antara asas-asas ini terhadap bagaimana pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat dipahami sebagai berikut:

-          Ing ngarso sung tuladha yang berarti di depan memberi teladan, memberi pengaruh pada pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu seorang guru hendaknya memberi contoh, menjadi teladan, dan panutan bagi murid dalam mengambil keputusan. 

-          Ing madyo mangun karsa yang diterapkan berpengaruh pada bagaimana guru menumbuhkan usaha murid untuk mengambil keputusan atas situasi yang dihadapinya. Untuk melatih murid mengambil keputusan, guru dapat menuntun murid agar keputusan yang diambil sesuai dengan nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menganalisis situasi yang dihadapi, guru menggunakan karsa yang dimilikinya atau berusaha dengan keras.

-          Tut wuri handayani, dimana dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini, berdampak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Ini menggambarkan bahwa 3 asas atau Pratap Triloka memiliki keterkaitan dan pengaruh pada pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap individu memiliki nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam dan pada akhirnya nanti akan dipedomani dalam setiap pengambilan keputusan. Nilai-nilai kebajikan ini tertanam dan terbentuk dari pengaruh lingkungan dan juga pola Pendidikan yang diberikan. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri inilah yang nantinya akan mempengaruhi pengambilan keputusan, baik dalam situasi dilema etika benar lawan benar) maupun bujukan moral benar lawan salah). Keputusan yang diambil merupakan muara dari nilai-nilai positif yang dipegang dan dipedomani. Nilai-nilai positif yang diyakini dan dipedomani akan mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya, dapat mengakomodasi pihak yang bertentangan, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Tidak hanya itu, nilai-nilai ini juga mempengaruhi prinsip yang digunakan. Artinya nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang akan sangat mempengaruhi setiap keputusan yang akan diambil.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Benar sekali, melalui proses coaching, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh CGP dipandu oleh fasilitator berlangsung dengan efektif. Coaching merupakan kegiatan yang terstruktur, yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi diri coachee melalui stimulasi dan eksplorasi pemikiran dan proses kreatif. Dalam proses pengambilan dan pengujian keputusan yang dilakukan, fasilitator melakukan pendampingan dengan menerapkan prinsip-prinsip coaching. Sehingga nantinya, keputusan yang diambil adalah pilihan terbaik dari pilihan yang ada, tidak melanggar peraturan/norma, berdampak pada orang banyak, berdasarkan nilai kemanusiaan, dan memiliki pengaruh jangka panjang, serta dapat dipertanggungjawabkan. Setiap keputusan yang diambil telah melalui pengujian dengan seksama, baik-buruk, dan dampak yang ditimbulkannya salah satunya melalui sesi coaching.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambilnya. Poin pentingnya juga adalah ada poin yaitu poin keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang masuk sebagai salah satu kompetensi sosial dan emosional. Seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik akan membuat guru mengambil keputusan dengan responsif, tidak reaktif, atau tergesa-gesa, keputusan yang diambil akan lebih reflektif dan sangat memperhatikan dampak yang diakibatkannya dari keputusan yang diambilnya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jelas sekali ini akan saling mempengaruhi. Seorang guru yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, akan mengambil keputusan yang tidak bertentangan dengan moral, etika dan bahkan yang termasuk pelanggaran hukum. Pengambilan keputusan yang dilakukan akan mempertimbangkan berbagai aspek penting seperti kode etik profesi, nilai-nilai yang diyakini, dampak yang akan muncul dan perasaan yang terjadi jika keputusan yang diambil.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Sebuah keputusan yang diambil semestinya mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat, berdampak bagi orang banyak, tidak melanggar hukum/peraturan, memenuhi keadilan, dan mempunyai pengaruh jangka panjang. Keputusan yang diambil dirasa tepat jika memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti rasa kasihan, kepedulian, dan kesetiaan. Keputusan yang tepat akan memberikan pembelajaran bagi pihak-pihak yang terlibat, sehingga memiliki dampak jangka panjang dan menjadikan lingkungan bernuansa positif. Sehingga dengan keputusan yang tepat untuk semua, maka lingkungan tempat pengambilan keputusan dilakukan akan menjadi positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang akan muncul ketika pengambilan keputusan adalah adanya pertentangan/ konflik kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, sikap mempertahan ego masing-masing pihak, kurangnya menghargai perasaan orang lain, dan tidak memperhatikan apa yang akan terjadi dalam jangka panjangnya. Sehingga sulit untuk menemukan titik temu permasalahan dalam pengambilan keputusan.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Setiap keputusan yang diambil guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu saja akan memberikan pengaruh juga pada pengajaran yang diajarnya. Akan tetapi, keputusan yang diambil dengan memerdekakan murid dalam pembelajaran adalah keputusan yang tepat dimana keputusan tersebut memperhatikan kepentingan-kepentingan muridnya dalam mengasah potensi murid dengan optimal untuk menjadikannya menjadi pembelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, kritis, dan kreatif.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru digugu dan ditiru, bagaimana seorang pemimpin pembelajaran harus melakukan pengambilan keputusan yang mengutamakan pengembangan potensi murid sesuai kebutuhan belajarnya yang nantinya juga akan menjadi contoh atau teladan bagi siswanya. Seorang guru murid yang dilatih untuk mualai mengambil keputusan akan menjadi pribadi yang mandiri, dapat melakukan pengambilan keputusan yang inovatif. Murid akan matang mengambil keputusan, penuh pertimbangan, dan cermat bagi kehidupannya. Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan murid di masa depan.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran melatih diri untuk melihat situasi/masalah dengan jernih dari berbagai sudut pandang, menggunakan cara penyelesaian yang tepat, dan mempertimbangkan dampak yang diakibatkan. Pengambilan keputusan yang tepat tidak hanya baik untuk diri sendiri, tetapi akan memberikan pembelajaran kepada lingkungan sekitar tentang bagaimana melakukan pengambilan keputusan. Pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam pengambilan keputusan hendaknya selalu bersumber pada nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Dengan nilai yang dimiliki guru, antara lain mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid, maka keputusan yang akan diambil tentu akan berpengaruh positif pada masa depan murid. Sehingga tentu saja, hal ini sangat berhubungan erat dengan materi-materi sebelumnya. 

Thursday 17 February 2022


MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

PENGIMBASAN DAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF

Instansi          : SMP Singapore Indonesian School Palembang
Nama CGP    : Dwi Oktariani, S.Pd. 

    Budaya positif sangat penting untuk dikembangkan pada pembelajaran di sekolah. Budaya positif akan membentuk karakter-karakter siswa, karakter-karakter inilah yang akan membentuk kepribadian siswa hingga nanti tumbuh dewasa. Budaya positif perlu digelorakan atau diimpelmentasikan juga agar menjadi filter bagi siswa dalam menghadapi zaman modern yang serba digital. Penerapan budaya positif dapat dilakukan melalui keteladanan dan pembiasaan sehari-hari. Oleh karenanya, adil peran guru sangat menentukan penerapan dari budaya positif ini. 

    Salah satu kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya positif di sekolah yaitu dengan mensosialisasikannya atau pengimbasan kepada rekan sejawat serta memberi contoh penerapan nya ddi dalam kelas yang berupa pelaksanaan keyakinan kelas atau kesepakatan kelas. Pengimbasan dilakukan untuk mengajak rekan guru kembali mengelorakan penerapan budaya positif dengan dimulai dari hal kecil yaitu penerapan keyakinan kelas. Keyakinan kelas ini dibuat dan disepakati oleh semua warga kelas. Sehingga hal ini akan menumbuhkan hal-hal positif di kelas.

    Adapun tujuan aksi nyata saya yaitu untuk menggelorakan atau mengajar rekan guru terlibat langsung dengan pembentukan budaya positif di kelas agar terbentuk budaya positif sekolah. Selain itu juga, untuk memberi contoh dan membentuk budaya disiplin positif pada pembelajaran yang saya lakukan di kelas.

Contoh Pelaksanaan Segitiga Restitusi di Sekolah

Pelaksanaan Sosialisasi di sekolah kami, kami lakukan secara daring dikarenakan pada saat waktu pelaksanaan, terjadi kasus covid-19 di sekolah kami. Hal ini tidak menyurutkan semangat kami, tetapi kami justru menambah partisipan sosialisasi kami. Sosialisasi kami lakukan dengan tidak hanya melibatkan guru pada unit kerja kami sebagai CGP, tetapi juga mengundang guru-guru berbeda unit level dan juga mengundang guru-guru sekolah lain dalam satu naungan yayasan. Sehingga pengimbasan ini lebih banyak pesertanya. 


 Berikut adalah cuplikan atau rekaman saat pelaksanaan sosialisasi. 

Tuesday 24 September 2019

School Experience Program ( SEP )

Experience atau Pengalaman merupakan salah satu yang penting saat terjun ke dunia kerja. Apalagi kalo jelar sarjananya S.Pd. Nah, disini saya akan berbagi sedikit cerita selama saya belajar di USBI ( Universitas Siswa Bangsa International). Mungkin belum banyak yang mengenal universitas ini kerena universitas ini universitas yang baru saja lahir dan belum ada lulusan. Oke kembali ke Labtop.
Salah satu kelebihan USBI dan yang menjadi pembeda dari universitas lain adalah satu-satunya Universitas yang sangat mengutamakan pengalaman. Terutama di jurusan pendidikan. Di universitas ini, terjun ke sekolah-sekolah telah kita lakukan sejak semester pertama.
Pada semester 1 dan 2 kita telah terjun secara langsung ke sekolah-sekolah. Untuk dua semester ini kita baru melakukan observasi / pengamatan tentang sistem belajar mengajar di sekolah formal. Tentunya ini sangat membantu mahasiswa mengenal dunia pendidikan secara langsung.
Semakin bertambah level semakin menantang, begitulah yang terjadi. Nah.. ketika senester 3 dan 4 kita tidak hanya observasi di sekolah tetapi telah melakukan sistem belajar mengajar di kelas. Sebelum mengajar, tentunya kita harus tahu kondisi siswa kita baru bisa bikin RPP yang sesuai dengan kondisi kelas. Setelah observasi mulai deh, design lesson plan/ RRP dengan persetujuan dari guru pembimbing di sekolah. Tidaklah mudah men-design yang sesuai dengan guru pembimbing sehingga diperlukan komunikasi yang baik kepada beliau. Setelah tiu baru deh kita mengimplementasikan RPP kita di kelas.

Gugup, nervous dan senang bercampur aduk ketika pengalaman pertama mengajar dan berdiri di depan kelas. Tapi inilah tantangan nyata kita. Ternyata tidak mudah untuk berdiri di depan kelas.


Kaitan Lesson Study, PMRI dan Design Research


Design Research, PMRI dan Lesson Study memiliki keterkaitan satu dan lainnya, yaitu diantaranya adalah:
a. Konteks yang digunakan pada aktivitas design research dan lesson study berhubungan erat dengan penerapan PMRI.
b. Tahapan pada design research yang hampir sama dengan tahapan-tahapan yang dilakukan pada lesson study.
c. Design research dapat mengandung penerapan PMRI dan Lesson study

Adapun persamaan dalam Design Research, PMRI dan Lesson study,



Keterkaitan antara design research, PMRI & Lesson study dapat digambarkan sebagai berikut:









Probability: Pembahasan Soal IGCSE

Hello everyone, for this session I will share IGCSE question about Probability. 
Please check this out!



Fase dalam Design Research

Fase Summative evaluation
Pada akhir studi desain penelitian, fase evaluasi sumatif ditujukan untuk menentukan efektivitas aktual dari intervensi lengkap (yang dihasilkan dari fase pengembangan atau prototyping). Fokusnya adalah sejauh mana implementasi intervensi mengarah ke hasil yang diinginkan. Hasil yang diinginkan ini terkait dengan hasil yang diharapkan dari penelitian ini. sebelum memasuki tahap evaluasi sumatif, peneliti harus mampu memberikan bukti yang meyakinkan untuk kualitas intervensi sejauh ini, atas dasar kegiatan evaluasi formatif yang dilakukan selama fase pengembangan atau pembuatan prototipe.

Fase development dan prototyping
Selama fase pengembangan atau pembuatan prototipe, beberapa prototipe sedang dibuat dikembangkan, dievaluasi dan direvisi, yang membuat fase ini selalu berulang. ebuah prototipe dapat terus disempurnakan (berdasarkan pada hasil evaluasi formatif dan refleksi dari pengembang pada prototipe) dan berkembang menuju hasil akhir. Evaluasi formatif adalah fitur penting dari fase pengembangan atau prototyping. Hasil evaluasi formatif memberi landasan pada hasil penelitian desain: meningkatkan prototipe intervensi menuju sebuah intervensi berkualitas tinggi dan selesai; dan mempertajam desain tentatif yang mendasarinya menuju ke prinsip desain akhir. Evaluasi formatif dalam konteks penelitian desain pendidikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis (termasuk desain penelitian, pengumpulan data, analisis data, pelaporan) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas prototipe intervensi dan prinsip-prinsip desain yang menyertainya.
















DAFTAR PUSTAKA

Van den Akker, J. dkk., (2013). “Educational Design Research Part A: An Introduction . New York : SLO.

Kapan kita menggunakan Design Research?

Desain penelitian direkomendasikan ketika menghadapi masalah proses belajar mengajar dan ketika solusi untuk masalah tersebut dapat mengarah pada kemajuan yang signifikan dalam pembelajaran atau setidaknya pengurangan yang signifikan dalam kegagalan fungsi sistem pendidikan. Desain penelitian lebih lanjut disarankan jika pelatihan atau intervensi sebelumnya secara konsisten terbukti tidak berhasil. Desain penelitian sering diindikasikan untuk tujuan pendidikan kritis, bahkan ketika tidak ada definisi keberhasilan yang jelas, atau merancang indikator keberhasilan yang memadai bagian dari masalah keseluruhan. Penelitian desain direkomendasikan ketika satu atau lebih kondisi berikut:
ü Ketika konten pengetahuan yang akan dipelajari adalah baru atau telah ditemukan sebelumnya oleh ahli. 
ü Ketika cara mengajar konten tidak jelas: pengetahuan konten pedagogis buruk.
ü Ketika bahan ajar buruk atau tidak tersedia.
ü Ketika pengetahuan dan keterampilan guru tidak memuaskan.
ü Ketika para peneliti pendidikan mengetahui isi dan pengajaran strategi atau bahan pengajaran buruk.